Cara Mudah Menyusun Anekdot

 Langkah Menyusun Anekdot.

            Dalam menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dahulu. Hal tersebut adalah menentukan tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan pola penyajian teks anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan kamu untuk belajar menyusun anekdot. Jadi bacalah dengan teliti contoh penyusunan anekdot agar nantinya kamu bisa menyusun anekdotmu sendiri.
Baca dan perhatikan baik-baik teks di bawah ini. Kemudian, secara berkelompok buatlah teks anekdot berdasarkan langkah-langkah, seperti tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan pola penyajian teks anekdot, kemudian teks anekdot.

Teknis pengumpulan tugas!
Ketik di Ms. Word kemudian kirim melalui inbox facebook.

No.
Aspek
Isi
1.
Tema
Kasih sayang pada orang tua
2.
Kritik
Anak yang memandang orang tua di masa tuanya sebagai orang yang merepotkan
3.
Humor/ lelucon
Orang dewasa malu karena dikritik oleh anak kecil
4.
Tokoh
Kakek tua, ayah, anak, dan menantu
5.
Struktur
Abstraksi
Kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun
Orientasi
Kebiasaan makan malam di rumah si anak. Kakek tua makannya sering berantakan
Krisis
Kakek tua diberi meja kecil terpisah di pojok, dengan alat makan anti pecah
Reaksi
Cucu yang berusia 6 tahun membuat replica meja terpisah
Reaksi
Cucu yang berusia 6 tahun mengungkapkan kelak akan membuat meja terpisah juga untuk ayah dan ibunya.
6.
Alur
Kakek tua tinggal bersama anak, menantu, dan cucunya yang berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si kakek rabun dan tanggannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di maja terpisah dengan alat makan anti pecah. Anak dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh cucu yang berusia 6 tahun yang tengah bermain membuat replika meja.
7.
Pola penyajian
Narasi
8.
Teks anekdot
Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malah bersama si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. Tangannya bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh.
Saat kakek meraih gelas, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan akanan lagi.
Sang cucu yang baru berusia 6 tahun mengamati semua kejadian itu dalam diam.
Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu.
“Sedang apa, sayang?” Tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuah meja buat ayah dan ibu. Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti”. Ayah anak kecil itu langsung terdiam.
Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah.


Comments