PENGERTIAN ANEKDOT
Anekdot
1.
Anekdot
A.
Pengertian Anekdot
Anekdot
adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot
biasanya berkisar pada orang-orang penting dan berdasarkan kejadian nyata
(KUBI). Anekdot dapat berupa cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada
kenyataan yang terjadi di masyarakat. Partisipan atau pelaku di dalam cerita
anekdot pun tidak harus orang penting. Peristiwa-peristiwa dalam teks anekdot
dapat berupa peristiwa lucu atau humor, jengkel, dan konyol.
Teks
anekdot ditulis dengan tujuan untuk memberikan kritik dan memberikan sebuah
pelajaran bagi masyarakat, khususnya pelayan publik di bidang hukum, sosial,
politik, dan lingkungan. Teks anekdot biasanya membahas permasalahan yang
berkaitan dengan layanan publik.
Tidak
semua cerita yang memiliki unsur lucu, jengkel, atau konyol tergolong ke dalam
teks anekdot. Yang membedakan teks anekdot dengan teks yang lain yaitu teks
anekdot memiliki pesan moral, memiliki unsur lucu atau konyol, dan memiliki
struktur: abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
B.
Struktur Teks Anekdot
·
Abstraksi berupa cerita pembuka yang
akan menggambarkan awal cerita.
·
Orientasi yaitu peninjauan yang
menggambarkan situasi awal cerita. Orientasi akan membangun konteks pembaca
terhadap suatu cerita.
·
Krisis yaitu bagian cerita yang
menggambarkan keadaan yang genting atau terjadinya konflik yang dialami oleh
tokoh.
·
Reaksi yaitu tanggapan tokoh
terhadap konflik yang muncul.
·
Koda yaitu penutup cerita atau
keadaan akhir cerita.
Perhatikan Contoh Soal Berikut!
Analisislah struktur teks di bawah ini!
1.
Hari ini pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Suasana kelas tidak kondusif. Padahal, Bapak guru dengan
semangat menjelaskan materi yang sudah dituangkan dalam power point.
2.
“Sekarang kita masuk bab baru yaitu
UUD 45”, kata pak guru. “Ali, perhatikan dengan sungguh-sungguh, jangan ngobrol
dengan teman!”. “Ya, Pak,” jawab Ali dengan muka masam.
3.
“Undang-undang Dasar 1945 atau yang
sering kita singkat menjadi UUD 45 sudah beberapa kali mengalami perubahan
disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Semua peraturan yang ada di
Indonesia diatur dalam UUD 1945.” Pak guru menjelaskan beberapa perubahan yang
terjadi dalam UUD 45.
4.
Tiba-tiba Ali berkomentar, “Pak,
setahu saya UUD belum pernah mengalami perubahan dari dulu sampai sekarang,
tapi kalau semua peraturan itu diatur dalam UUD, saya setuju, Pak!” Pak guru
terhenyak, “Apa Ali?”. “Semua peraturan itu kan ujung-ujungnya duit atau UUD,
Pak!”
5.
Sontak, semua siswa tertawa dan Pak
guru pun ikut tertawa. Suasana kelas tidak kondusif
Analisis struktur teks anekdot di
atas adalah.
1)
Abstraksi : Hari ini pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2)
Orientasi : Suasana kelas tidak kondusif
3)
Krisis : Semua peraturan itu diatur dalam UUD, Ujung-Ujungnya
Duit.
4)
Reaksi : Sontak, semua siswa tertawa dan Pak guru pun ikut tertawa
5)
Koda :
Suasana kelas tidak kondusif
C.
Ciri-ciri Bahasa Teks Anekdot
Teks anekdot dimanfaatkan masyarakat sebagai media untuk
menyindir layanan publik di bidang politik, sosial, dan lingkungan. Sindiran
atau kritikan yang dikemas dengan cerita yang lucu dan menggelitik membuat
orang mudah menerima kritikan sambil tertawa. Untuk memperoleh sindiran yang
halus, bahasa teks anekdot menggunakan kata kias atau konotasi, pengandaian,
perbandingan, antonim, pertanyaan retoris, ungkapan, dan konjungsi.
Bahasa yang digunakan dalam teks anekdot sebagai berikut.
Bahasa yang digunakan dalam teks anekdot sebagai berikut.
1.
Kata kias atau konotasi adalah kata
yang tidak memiliki makna sebenarnya. Kata kias bisa berupa ungkapan dan
peribahasa. Ungkapan adalah kelompok kata yang khusus digunakan untuk
menyatakan sesuatu, sedangkan peribahasa dalah kalimat yang memiliki makna
kias.
Contoh : daun muda yang bermakna gadis (ungkapan).
Contoh : daun muda yang bermakna gadis (ungkapan).
2.
Kalimat sindiran yang diungkapkan
dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.
Contoh :
·
Badannya semakin lama semakin kurus
seperti es lilin (perbandingan)
·
Orang pintar dikatakan bodoh dan orang
bodoh dikatakan pintar (antonim)
3. Pertanyaan retoris adalah
pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh : Apakah kamu mau meninggal hari ini?.
4. Kalimat yang menyatakan ajaran moral/ pesan kebaikan.
5.
Konjungsi adalah kata hubung. Kata hubung yang sering digunakan dalam
teks anekdot adalah kata hubung waktu (konjungsi temporal) yaitu, setelah,
lalu, kemudian, dan sebab akibat yaitu, maka, karena, oleh karena itu.
Perhatikan Contoh Soal Berikut!
Jelaskan ciri bahasa yang digunakan dalam teks anekdot berikut ini!
Sebagai
tradisi jika ada orang yang meninggal dalam satu kampong seberang, maka warga
harus datang melayat. Sore itu, Dasron meninggal. Semua warga terlihat dalam
prosesi pemakaman Dasron, hanya Imron yang tak terlihat. Dia sibuk bekerja di
sawah.
Suatu hari Amrun bertemu dengan Imron. Amrun menanyakan perihal ketidakhadirannya. “Kenapa kemarin kau tidak datang melayat?” seru Amrun. “Kalau saya datang pada acara prosesi pemakaan Dasron, Dasron juga tidak akan datang ke prosesi pemakaman kita ketika kita meninggal. Jadi, saya tidak usah datang!” Jawab Imron. “Apa kau tidak percaya, Amrun? Buktikan saja sendiri!”
Suatu hari Amrun bertemu dengan Imron. Amrun menanyakan perihal ketidakhadirannya. “Kenapa kemarin kau tidak datang melayat?” seru Amrun. “Kalau saya datang pada acara prosesi pemakaan Dasron, Dasron juga tidak akan datang ke prosesi pemakaman kita ketika kita meninggal. Jadi, saya tidak usah datang!” Jawab Imron. “Apa kau tidak percaya, Amrun? Buktikan saja sendiri!”
Teks anekdot di atas menggunakan pertanyaan retoris dan konjungsi sebab akibat.
·
Pertanyaan retoris terdapat pada kalimat
Apa kau tidak percaya, Imron? Buktikan saja sendiri!. Tak ada orang yang ingin
membuktikan suatu hal yang ghaib dengan cara meninggal dulu.
·
Konjungsi yang digunakan adalah
konjungsi sebab-akibat: maka, jadi.
Jelaskan ciri bahasa yang digunakan dalam teks anekdot
berikut ini!
Padi
di sawah terlihat menguning seperti hamparan permadani. Hasil padi tahun ini
melimpah sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan para petani. Setelah panen
raya, para petani bersyukur kepada Tuhan dengan menggelar acara Bersih Desa. Pak
Dukuh memberikan sambutan dalam acara tersebut. “Wargaku, hari ini kita
berkumpul untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan. Semoga hasil panen kita setiap
tahun terus meningkat. Tidak terserang hama wereng dan tikus-tikus tidak
menjarah padi kita. Sawah kita juga tidak diambil oleh tikus berdasi dijadikan
perumahan rakyat.”
Bahasa
yang digunakan dalam teks anekdot di atas yang paling menonjol adalah
penggunaan ungkapan “tikus berdasi” yaitu sebutan orang pemerintah yang tidak
bertanggung jawab. Bahasa teks anekdot menggunakan kata kias atau konotasi,
pengandaian, perbandingan, antonim, pertanyaan retoris, ungkapan, dan
konjungsi.
Comments
Post a Comment